Rabu, 31 Desember 2008

LINTASAN SEJARAH BMSU


SEJARAH PERJUANGAN SAT BRIMOB POLDASU MASA SEBELUM KEMERDEKAAN 1943 - 1945

TOKO BETSU KAISATSU TAI

Pada saat Pemerintahan Bala tentara Jepang berada di Indonesia, di tiap-tiap Keresidenan dibentuk Kepolisian Keresidenan di sebut “CHIANG-BO” dan Kepolisian Keresidenan ini membawahi Kantor Kepolisian Kabupaten disebut “KEISATSU-SYO” dan juga membawahi Kesatuan cadangan yang disebut “ TOKO BETSU KAISATSU TAI” yang dalam bahasa Indonesianya “ PASUKAN POLISI ISTIMEWA”.

TOKO BETSU KAISATSU TAI dibentuk pada tahun 1943 yang anggotanya berasal dari Polisi-Polisi remaja lulusan dari Pendidikan Polisi Keresidenan yang pada umumnya dari Bangsa Indonesia, para calon anggotanya di asramakan mendapat

Pendidikan dan latihan kemiliteran dari Tentara Jepang baik yang diadakan di Indonesia maupun yang dikirim keluar Negeri, hasilnya gembelengan tersebut menjadikan anggota TOKO BETSI KAISATSU TAI menjadi terlatih, berdisiplin tinggi, terorganisir rapi dan memiliki persenjataan yang lengkap sehingga kesatuan ini merupakan Kesatuan yang tangguh dan lengkap.

Di suatu tempat di daerah Balige tepatnya di pinggiran Danau Toba dalam Keresidenan Tapanuli ada seorang Pemuda yang bernama “MAS KADIRAN” berumur 22 tahun anggota dari Kesatuan Polisi Balige berpangkat JUNSO BUTYO (KOMANDAN POLISI) yang baru kembali mengikuti Pendidikan di SYONATOU SINGAPURA, tak lama kemudian MAS KADIRAN di pindahkan ke SIBOLGA diangkat sebagai Pelatih “TOKO BETSU KAISATSU TAI “ Sibolga, setelah beberapa lama di Sibolga MAS KADIRAN di pindahkan ke NATAL dan diangkat sebagai “ KEPALA TOKO BETSU KAISATSU TAI NATAL”.

Dengan adanya Pembentukan “ Tentara Rakyat Jepang (GIYOGUN) maka Pasukan “TOKO BETSU KAISATSU TAI Keresidenan TAPANULI di bubarkan oleh Pemerintah Jepang dan sebagian Anggota TOKO BETSU KAISATSU TAI dimasukkan pada Pasukan “GYOGUN” dan sebagian lagi dimasukkan pada “POLISI UMUM JEPANG” dan MAS KADIRAN di pindahkan ke SIBOLGA dengan jabatan sebagai STAF CHIANG-BU (Markas Polisi Jepang Keresidenan Tapanuli ).

Pada waktu berada di Sibolga MAS KADIRAN beserta teman-teman Polisi lainnya di tangkap oleh KOMPETAI ( POLISI MILITER JEPANG), di tuduh sebagai mata-mata Sekutu. Dalam Tahanan itu

MAS KADIRAN mendapat siksaan yang sangat berat dari KOMPETAI, namun dalam Pemeriksaan berikutnya MAS KADIRAN dan kawan-kawan tidak terbukti sebagai mata-mata Tentara sekutu di Tapanuli dan maka mereka semua dibebaskan dan bekerja kembali. MAS KADIRAN di pindahkan ke Balige menjadi Wakil Kepala Polisi Umum Kabupaten Toba di Balige.

MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN 1945 - 1950

a. POLISI ISTIMEWA BALIGE

1) Dengan kalahnya Tentara Jepang dalam Perang dunia ke –II dan menggemanya pekik Kemerdekaan bagi Rakyat Indonesia ke seluruh pelosok Tanah air Indonesia, begitu juga Keresidenan Tapanuli berdasarkan SK. Gubernur Sumatera T.M. HASAN diangkatlah Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING sebagai Residen Tapanuli yang berkedudukan di Tarutung dan pada awal Oktober 1945 di kibarkanlah BENDERA MERAH PUTIH di lapangan tarutung yang di pimpin oleh Residen Tapanuli Dr. F. LUMBAN TOBING dan juga di hadiri oleh MAS KADIRAN.

2) Sepulang dari Tarutung MAS KADIRAN mempengaruhi Kepala Polisi Jepang Toba (T.SYOGA) agar kiranya di Asrama Polisi Balige dapat di kibarkan bendera MERAH PUTIH. Dengan persetujuan Kepala Polisi Umum Jepang maka berkibarlah SANG SAKA MERAH PUTIH di Asrama Polisi Umum Jepang di Balige walaupun dengan ancaman Tentara Jepang di Balige tetapi Kepala Polisi Umum Jepang (T.SYOGA) tetap mempertanggung jawabkan karena beliau berpendapat bahwa Kemerdakaan Indonesia tidak dapat di halang – halangi lagi.

3) Dengan berangkatnya Tentara Jepang / Pemerintah Sipil Jepang di Balige maka MAS KADIRAN langsung mengambill alih tugas Kepala Polisi untuk Toba di balige, setelah Jabatan Kepala Polisi Umum Toba Balige di pegang oleh MAS KADIRAN beserta Anggota bekas Polisi Pemerintahan Belanda dan Jepang pulang kembali ke Jawa dan ada yang kembali ke Kampung masing-masing, yang masih tinggal hanya 25 orang yang berjiwa Setia dan Patuh di bawah pimpinan MAS KADIRAN dengan kesadaran dan tanggung jawab pada Nusa dan bangsa dan pada saat itu Pemerintahan Jepang hanya memberikan 10 Pucuk senjata KARABYN dan 15 buah SAMURAI.

4) Dengan bermodalkan Anggota 12 orang, senjata 10 Pucuk dan Samurai 15 buah. MAS KADIRAN membentuk “POLISI ISTIMEWA” di Balige dalam arahannya kepada anak buahnya MAS KADIRAN mengatakan bahwa untuk menjaga Keamanan dengan bermodalkan senjata 10 Pucuk dan Samurai 15 buah itu sudah cukup, akan tetapi untuk mempertahankan Kemerdekaan belum lah berarti apa-apa. Maka kita harus mencari Senjata sebanyak-banyaknya salah satu usulnya adalah merampas Senjata Jepang di Gudang senjata Jepang di Parapat.

5) Pada tanggal 19 Oktober 1945 PASUKAN POLISI ISTIMEWA di pimpin oleh MAS KADIRAN di bantu oleh Masyarakat merampas Gudang Senjata Jepang di Parapat, dengan mengunakan Tehnik SERANGAN FAJAR pada pukul. 04.00. Wib. Pasukan Istimewa yang dibantu oleh Masyarakat dapat menguasai Gudang Senjata dan merampas isinya, dari rampasan tersebut berhasil menyita 20 pucuk senjata, 60 buah Granat tangan dan 50 Stel pakaian Tentara Jepang dan 2 Peti Amunisi sesuai dengan perjanjian senjata dan Amunisi untuk Pasukan Polisi Istimewa sedangkan Pakaian diserahkan kepada Masyarakat. Kabar kemenangan Pasukan Polisi Istimewa Pimpinan MAS KADIRAN sampai ke Desa-desa Rakyat bersorak sorai dan nama MAS KADIRAN dan anak buah menjadi harum dan rakyat memberikan bahan makanan berupa beras dll. Kepada Pasukan MAS KADIRAN dan antara Rakyat dan Pasukan Polisi Istimewa menyatu yang membuat Polisi Balige bertambah semangatnya.

6) MAS KADIRAN meminta kepada T.SYOGA bekas Kepala Polisi umum Jepang di Balige untuk meminta senjata pasukan Jepang di SOPO SURUNG tiga hari kemudian T.SYOGA menyerahkan senjata kepada MAS KADIRAN sebanyak 20 Pucuk model US.KARABYN dan Amunisi 2 Peti dan MAS KADIRAN mengucapkan terima kasih kepada T.SYOGA. Kabar penyerahan senjata di Perapat dan di Sopo Surung telah tersiar luas keseluruh Kabupaten Toba dan Kepercayaan Rakyat kian bertambah kepada Pasukan POLISI ISTIMEWA Toba Pimpinan MAS KADIRAN.

7) Karena banyaknya senjata, sedangkan POLISI ISTIMEWA hanya 12 orang maka MAS KADIRAN menambah anggotanya dengan mengambil anak-anak dari Polisi yang sudah remaja dan Pemuda-pemuda Balige yang bersemangat juang dami mempertahankan Kemerdekaan. Mereka dilatih baris berbaris, diajarkan cara mempergunakan Senjata, teori menyerang musuh dan lain sebagainya di bidang ini MAS KADIRAN sudah termasuk ahli karena beliau bekas Kepala dan Pelatih TOKO BETSU KAISATSU TAI di tambah pernah di latih Kemiliteran di Luar Negeri

8) Terdengarlah berita bahwa tentara Jepang di Tarutung akan membuang Senjata beserta Amunisinya di Danau Toba Sebanyak 5 Truck. Pada tanggal 17 Desember MAS KADIRAN beserta Anak buahnya berangkat ke SIPINTU-PINTU yang jaraknya 14 Km dari Balige menuju Tarutung. Medan nya sangat baik untuk melakukan Penghadangan, setelah menanti selama 3 hari Truck Tentara Jepang tiba di SIPINTU-PINTU tetapi tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terhalang oleh Bebatuan di jalanan. Dan PASUKAN POLISI ISTIMEWA BALIGE beserta masyarakat yang siap membantu apabila di perlukan.

9) Tentara Jepang berhenti dan berdialog dengan MAS KADIRAN dengan dialog yang alot akhirnya Tentara Jepang meminta berdamai dengan syarat semua Senjata di buang ke dalam jurang SIPINTU-PINTU saja. Maka Komandan Tentara Jepang memerintahkan anak buahnya untuk membuang seluruh Senjata dan Amunisi kedalam jurang, dalam waktu singkat seluruh senjata dan Amunisi sudah dibuang seluruhnya kedalam jurang, dan anak buah MAS KADIRAN menyingkirkan Bebatuan agar Truck Tentara jepang bisa lewat tak lama kemudian Truck Tentara Jepang pergi menuju ke Perapat.

10) Setelah Tentara Jepang pergi anak buah MAS KADIRAN di bantu oleh Masyarakat mengambil Senjata Jepang yang di buang di Jurang SIPINTU-PINTU, setelah diambil maka terkumpul lah sebanyak 179 Pucuk US.KARABYN Cal. 8,6.mm, 15 Pucuk Pistol VICHER dan 12 Pucuk jenis CARABYN JOHSON, 30 Peti Cal.8,6.mm dan 8 Peti Amunisi Pistol.

11) Dengan adanya Hasil Rampasan senjata Jepang di SIPINTU-PINTU maka MAS KADIRAN menambah Anggota Pasukan POLISI ISTIMEWA bekas Militer Belanda, GIUGUN, HEIHO dan Pemuda-pemuda Rakyat Balige dengan demikian Pasukan POLISI ISTIMEWA Balige pimpinan MAS KADIRAN bertambah besar dan kuat.

b. BARISAN ISTIMEWA POLISI

1). Pemerintahan Keresidenan Tapanuli dibawa Pimpinan Dr. F.L. TOBING melihat perkembangan yang sangat pesat dari PASUKAN POLISI ISTIMEWA Balige dan atas desakan KOMITE NASIONAL INDONESIA. Di tarutung pada Pemerintahan Tapanuli maka atas Perintah Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli Maka Pasukan Polisi Istimewa Balige Pimpinan MAS KADIRAN di pindahkan ke Ibu Kota Tapanuli di Tarutung dan Kepolisian Toba diserahkan kepada SARIF SIHOMBING.

2) Kepindahan Pasukan Polisi Istimewa ke Ibu Kota Tapanuli di Tarutung dengan tugas untuk menegakkan Hukum dan menjaga Keamanan serta menjamin Keamanan di seluruh Keresidenan Tapanuli, berdasarkan keputusan Residen Tapanuli Bapak F.L. TOBING “ PASUKAN ISTIMEWA POLISI” di ganti namanya menjadi “ BARISAN ISTIMEWA POLISI KERESIDENAN TAPANULI”.

3). Dengan berubahnya nama “PASUKAN POLISI ISTIMEWA” menjadi “BARISAN ISTIMEWA POLISI” maka jangkauan dan Wewenang lebih besar maka MAS KADIRAN ingin menambah kekuatan dan persenjataannya dan MAS KADIRAN segera merencanakan pembongkaran Senjata dan Amunisi Jepang di Tarutung, melakukan perundingan dengan Kepala Tentara Jepang di Sibolga, Padang Sidempuan dan Kota Nopan. Dari hasil perundingan tersebut MAS KADIRAN menerima Senjata dari Tentara Jepang berupa 8 Pucuk Senapan Mesin Bren MK-II, Senapan Mesin Penembak Kapal Terbang 2 Pucuk beserta Amunisi dari berbagai jenis senjata 100 karung dan 8 Peti

4). Dengan bertambahnya Senjata dan Amunisi dari Tentara Jepang maka MAS KADIRAN menambah 100 Anggota

5) lagi yang diambil dari bekas Tentara Belanda, GYOGUN, HEIHO dan Pemuda-Pemuda dari seluruh Daerah di Keresidenan Tapanuli menjadi 350 orang dengan susunan Organik terdiri dari 3 seksi Senapan 180 orang, seksi Perbekalan dan Anggota 40 orang. 1 seksi Persenjataan 15 orang, dan Seksi Kesehatan 15 orang.

c. REVOLUSI SOSIAL DI TAPANULI

1). Adanya Anasir Pengacau Keamanan di Daerah Tapanuli yang menamakan dirinya “ LASKAR RAKYAT “ dari Sumatera Timur yang terdiri dari SUKU KARO, SUKU ACEH dan SUKU TAPANULI yang dipimpin oleh ARIFIN NAINGGOLAN bersama teman-temannya dengan maksud untuk menangkapi KEPALA NAGARI (RAJA-RAJA) yang ada di seluruh Tapanuli, dengan adanya Gerakan Revolusi Sosial yang datangnya dari Sumatera Timur, maka atas Perintah Residen Tapanuli F.L. TOBING Barisan Istimewa Polisi Keresidenan Tapanuli Pimpinan MAS KADIRAN di tugaskan menghentikan Gerakan Revolusi Sosial di Samosir dan Sidikalang.

2). Setelah mendapat Perintah dari Residen Tapanuli ,maka MAS KADIRAN berkoordinasi dengan KOMANDAN RESIMEN – III TRI BRIGADE XI TAPANULI LETKOL JANSEN SIAHAAN, dalam Koordinasi tersebut disepakati untuk bekerja sama dalam penumpasan apa yang namanya GERAKAN REVOLUSI SOSIAL dari Sumatera Timur.

3). Pada hari yang telah ditentukan maka TRI RESIMEN – III BRIGADE XI Tapanuli pimpinan LETKOL JANSEN SIAHAAN dan BARISAN POLISI ISTIMEWA POLISI Pimpinan MAS KADIRAN bergerak menuju PANGURURAN melalui DOLOK SANGGUL dan TELE. Sesampainya di Pangururan Pasukan TRI RESIMEN-III BRIGADE XI dan BARISAN ISTIMEWA POLISI keresidenan Tapanuli terjadi Baku tembak dengan LASKAR RAKYAT yang akan melakukan Revolusi Sosial di Tapanuli. Dalam pertempuran ini Kota Pangururan dapat di rebut dan LASKAR RAKYAT dapat dilumpuhkan dan Pemimpinnya ALIMIN NAINGGOLAN dapat di tangkap dan menjadi Tahanan di angkut ke Balige beserta Persenjataan dan Amunisinya.

4). setelah menumpas Revolusi Sosial di Samosir maka TRI dan BIP bergerak menuju ke SIDIKALANG untuk menumpas Gerakan Revolusi Sosial di daerah Tapanuli sampai ke perbatasan antara Tapanuli dan Aceh, setelah selama 2 bulan bertugas di Dairi Kepala Pemerintahan Dairi TRI - I RESIMEN BRIGADE XI dan BARISAN ISTIMEWA POLISI mengadakan perundingan dengan di hadir oleh KETUA-KETUA ADAT dan KETUA PARTAI dari Perundingan tersebut dapat di sepakati bahwa Revolusi Sosial di hentikan dan jangan terulang lagi. Dengan demikian TRI dan BIP dapat mengembalikan dan memulihkan Keamanan di Daerah DAIRI dan sekitarnya.

5) Pada saat BIP dan TRI bertugas di Dairi, di Tarutung terjadi penangkapan terhadap Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli beserta Staf-stafnya dan di tahan di Balige dengan tuduhan sebagai kaki tangan Belanda oleh “VOLK FRONT TARUTUNG” dan akan di bawa ke P.SIANTAR Sumatera Timur untuk di adili. Demi untuk menegakkan Hukum dan memulihkan Kewibaan Kepolisian. Republik Indonesia maka MAS KADIRAN mengambil langkah untuk mengadakan perundingan dengan KETUA VOLK FRONT dan KETUA PARTAI PESINDO, dari hasil perundingan tersebut diadakan Pemeriksaan oleh Ketua Hukum Tarutung dari Pemeriksaan ini tidak ada Bukti PolisiKeresidenan Tapanuli sebagai Kaki Tangan Belanda akhirnya kepala Polisi Keresidenan Tapanuli. M.NURDIN dan Stafnya di bebaskan dan kembali bertugas di Tarutung.

d. BARISAN ISTIMEWA POLISI PINDAH KE SIBOLGA

Berhubung dengan keadaan Politis, Ibu Kota Tapanuli di pindahkan ke Sibolga, maka atas perintah Residen Tapanuli Dr. F.L. TOBING maka Pasukan BARISAN ISTIMEWA POLISI keresidenan Tapanuli di Pindahkan ke Sibolga pada pertengahan Mei 1946 BARISAN ISTIMEWA POLISI Keresidenan Tapanuli Pindah ke Sibolga. Di Sibolga MAS KADIRAN membangun Asrama untuk anggota BARISAN ISTIMEWA POLISI

e. BARISAN ISTIMEWA POLISI KE MEDAN AREA

( AGRESI BELANDA KE – I )

1). Pada tanggal 4 Pebruari 1947 berangkatlah Barisan Istimewa Polisi Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh MAS KADIRAN dengan 150 anggota ke FRONT MEDAN AREA. Sampai di P. SIANTAR Mas Kadiran menghadap kepada Kepala Polisi Sumatera yang berkedudukan di P.Siantar KBP R. SULAIMAN dan bertemu dengan Gubernur Sumatera T.M. HASAN di Front Medan Area Barisan Istimewa Polisi di tempatkan di Perbaungan dan Tebing Tinggi serta di garis depan Tanjung Morawa.

2). Tanggal 15 Pebruari 1947 dari Markas Besar Pertempuran Medan Area diadakan serangan keseluruh Pertahanan musuh dalam kota Medan, dalam serangan umum ini Belanda mengerahkan semua kekuatan dari mulai Senjata

3) Berat, Tank dan Pesawat Terbang, dan berhasil mematahkan serangan umum MEDAN AREA dari pihak Pejuang banyak jatuh Korban dan akhirnya Pasukan FRONT MEDAN AREA mundur ke garis Belakang, begitu juga dengan BARISAN ISTIMEWA POLISI Keresidenan Tapanuli bertahan di Marendal, Tg Morawa dan Pakam dan akhirnya kembali ke Perbaungan.

f. BARISAN ISTIMEWA POLISI KEMBALI

KE INDUK SATUAN DI SIBOLGA

1). Gagalnya perundingan Pemerintahan Indonesia dengan Pemerintahan Belanda di Linggar jati, selanjutnya tugas BARISAN ISTIMEWA POLISI Keresidenan Tapanuli untuk menjadi Polisi Keamanan di garis STATUS QUO di Medan Area namun tugas ini tidak dapat dilaksanakan namun atas Perintah Dewan Kemananan Tapanuli dan Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli agar di tarik kembali ke Tapanuli. Berdasarkan Perintah tersebut maka MAS KADIRAN memerintahkan anak buahnya yang masih berada di garis depan di tarik mundur dan kembali kepada Kepala Polisi Sumatera Timur di P.Siantar untuk kembali ke Sibolga.

2) Selanjutnya di Sibolga MAS KADIRAN melapor kepada Dewan Pertahanan Daerah Tapanuli dan Kepala Kepolisian Keresidenan di Tapanuli tentang tugas-tugas selama di Medan Area, selanjutnya MAS KADIRAN memerintahkan Konsulidasi Pasukan dalam hal ini MAS KADIRAN merencanakan membuat Mobil Lapis Baja dan Beberapa Senjata Penembak jarak jauh (Meriam).

g. PEMBUATAN MOBIL LAPIS BAJA DAN MERIAM

1) Untuk mempercepat rencana pembuatan Mobil Lapis Baja MAS KADIRAN meminta Beberapa orang tahanan di Lembaga Pemasyarakatan yang ahli Tehnik di keluarkan dan bergabung dengan BARISAN ISTIMEWA POLISI Keresidenan Tapanuli, bahanya di ambil dari bekas Mobil lapis Baja Tentara Jepang dan Tentara Belanda dan bantuan Bengkel Mobil di Sibolga dengan kerja keras akhirnya Mobil Lapis Baja tersebut selesai dan menghasilkan 1 Mobil Lapis Baja 2,5 Ton 2 Mobil Lapis Baja 1,5 Ton dan 1 Mobil Lapis Baja 1 Ton.

2) Rencana Selanjutnya MAS KADIRAN untuk menambah Senjata Penembak Jarak Jauh (Meriam) untuk ini MAS KADIRAN memerintahkan Anggotanya untuk berlayar ke Pulau Poncane Gadang (Mursala) untuk mengambil bekas meriam Tentara Jepang dan Tentara Belanda, sesampainya di Pulau Poncane Gadang MAS KADIRAN memerintahkan untuk memeriksa Meriam-meriam tersebut setelah di pilih maka bekas-bekas Meriam tersebut di bawa ke Sibolga untuk di perbaiki.

h PENEMBAKAN KAPAL PERANG BELANDA

TERPEDO DI TELUK SIBOLGA

1) Pada hari jum’at 28 April 1947 Kapal Perang Belanda Type Terpedo JTI Lego jangkar 1,5 Mil dari Labuhan Angin di Sibolga informasi dari Pos ALRI di G. Ketapang. Situasi di kota Sibolga menjadi tegang Dewan Pertahanan Tapanuli di berangkatkan menuju Kapal Perang untuk mengajukan Protes atas kehadiran Kapal Perang Belanda tersebut dari hasil perundingan di Kapal Belanda Kapten Kapal menerimanya dan Rombongan kembali ke Darat dan Kapal Perang berangkat menuju Sabang.

2). Pada tanggal 10 Mei 1947 Kapal Perang Belanda yang lalu kelihatan di ujung pulau Poncan Gadang dan tak lama kemudian lego jangkar 1,5 Mil dari Pelabuhan Sibolga, dengan berlabuhnya kapal Perang Belanda, Kota Sibolga siaga seluruh kekuatan dikerahkan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, Kesatuan keamanan Tapanuli mengajukan Protes yang disampaikan oleh Komandan Kompi A.L. OSWALD SIAHAAN kepada Kapal Perang Belanda, Namun terjadi insiden maka juru runding Oswald Siahaan dengan Kapal Belanda terjadi tembak menembak.

3) Dengan adanya insiden tersebut maka ketua Dewan Pertahanan Tapanuli memerintahkan kepada Kapal Perang Belanda untuk segera pergi meninggalkan Pelabuhan kalau tidak akan diambil tindakan. Seluruh Pasukan tempur sudah siap tembak apabila Kapal Belanda tidak pergi, karena Kapal Belanda tidak pergi maka Dewan Pertahanan memerintahkan untuk menembak kapal Belanda, akibatnya terjadi baku tembak antara Pasukan RI dengan Kapal Perang Belanda selama 6 jam, Kapal Perang Belanda menembak dengan membabi buta akhirnya Kapal Perang Belanda tersebut meninggalkan Teluk Sibolga

4) Dengan membabi butanya kapal Perang Belanda menembaki Kota Sibolga maka MAS KADIRAN memerintahkan dan mengerahkan untuk mepercepat penyelesaian pembuatan Meriam, sayang pada saat uji coba meriam, salah seorang Anggota BARISAN ISTIMEWA POLISI Keresidenan Tapanuli yang bernama “LUNCIUS SIMANJUNTAK” Tewas kurang satu bulan tewasnya Luncius Simanjuntak Meriam Penembak Jarak jauh selesai MAS KADIRAN menamakan Meriam tersebut dengan nama Meriam “LUNCIUS” guna untuk mengenang Nama salah seorang Anggotanya yang gugur saat uji coba Meriam tersebut. Akhirnya ahli-ahli Tehnik tersebut dapat menyelesaikan 3 buah Meriam, satu Meriam Penembak jarak jauh ukuran 8 inchi, satu Meriam Anti Pesawat Udara dan satu Meriam Anti Tank Cal. 3,8 inch.

i. PASUKAN BARISAN ISTIMEWA POLISI KERESIDENAN TAPANULI MENJADI MOBIL BRIGADE KERESIDENAN TAPANULI

( MBK TAPANULI )

1) Berdasarkan Surat ketetapan Cabang Jawatan Kepolisian untuk Sumatera dan atas Perintah Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli di lebur namanya menjadi “ MOBIL BRIGADE POLISI KERESIDENAN TAPANULI “ nama MOBIL BRIGADE POLISI ini berdasarkan surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. : 126 / 78 / 91 tanggal 14 Nopember 1946. perihal pembentukan MOBILE BRIGADE di tiap-tiap Keresidenan pembentukan Mobil Brigade Polisi dimaksudkan untuk menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata cara kerja dari Pasukan kepolisian yang terdapat di Keresidenan di Indonesia dimana nama Polisi beraneka Ragam, ada POLISI PEJUANG, POLISI ISTIMEWA, BARISAN ISTIMEWA POLISI, POLISI GERAK CEPAT. dll

2) Tujuan utama dari pembentukan MOBILE BRIGADE adalah tersusun Pasukan – Pasukan kecil sebagai inti dari Kepolisian yang kuat Persenjataannya dengan Mobilitas tinggi, pada tiap-tiap Keresidenan di bentuk MOBILE BRIGADE KERESIDENAN (MBK) dan di pimpin oleh seorang INSPEKTUR POLISI TK-I / II adapun kekuatan terdiri dari 100 orang atau lebih, dengan ruang gerak meliputi seluruh Keresidenan, Administrasi, Organisasi dan Taktis berada di bawah Pimpinan Kepala Polisi Keresidenan.

3). Disamping MOBILE BRIGADE KERESIDENAN (MBK), di Pusat / Jawatan diadakan Pasukan Cadangan yang di sebut MOBILE BRIGADE BESAR (MBB), Jawatan MBB dipimpin oleh Seorang KOMISARIS POLISI yang menerima Perintah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kepolisian Negara. Pasukan cadangan / MBB berkekuatan 100 s/d 600 Anggota yang lengkap Persenjataan nya.

j. MOBILE BRIGADE KERESIDENAN TAPANULI DI MILITERISASI

1) Berdasarkan Ketetapan dewan Pertahanan Daerah Tapanuli Pasukan MOBILE BRIGADE KERESIDNENAN TAPANULI di Militerisasikan menjadi BATALYON IV RESIMEN I TRI BRIGADE XI TAPANULI dan MAS KADIRAN menjadi KOMANDAN BATALYON IV RESIMEN-I TRI BRIGADE XI dengan Pangkat MAYOR TRI (Tentara Republik Indonesia ) dengan jumlah Pasukan sebanyak 380 orang lengkap dengan senjatanya termasuk Senjata Berat (Meriam) dan Panser Wagon Lezonik dengan Amunisi serta Cadangan Senjata dan Amunisi.

2) Dengan di Militerisasikan MBK Tapanuli menjadi YON IV MEN I TRI BRIG XI secara Taktis di bawah Komandan Resimen I BRIGADE XI Tapanuli MAYOR MARADEN PANGGABEAN dan Tehnis di bawah Kepala Polisi Keresidenan Tapanuli.

k. MBK / YON IV MEN - I BRIG XI TAPANULI DI KERAHKAN KE PARAPAT

1) Agresi Belanda di Sumatera Timur semakin luas Kota –kota di Sumatera Timur sudah di kuasai oleh Belanda dan Belanda akan meluaskan daerahnya dengan menuju daerah PARAPAT. Berdasarkan Perintah Dewan Pertahanan Daerah Tapanuli dan Komandan MEN-I BRIG IV TAPANULI MAYOR MARADEN PANGGABEAN agar Pasukan Yon IV MEN-I BRIG XI berangkat menuju Parapat menahan gerak lajunya Pasukan Belanda. Berdasarkan perintah tersebut MAS KADIRAN dengan Pasukannya berangkat ke Parapat.

2) Setibanya di Parapat MAS KADIRAN mengadakan Koordinasi dengan Pasukan RESIMEN III TAPANULI dibawah Komando LETKOL JANSEN SIAHAAN dan dalam Koordinasi ini di sepakati bahwa MAS KADIRAN sebagai KOMANDAN PERTEMPURAN di Parapat guna membendung gerak Pasukan Belanda. Pasukan MBK / YON – IV MEN – I dan Anggota MEN – III dibantu Masyarakat membuat Pertahanan Barikade di jalan besar yang disusun dari AEK NAULI sampai PARAPAT dan mengadakan Pos-Pos pengintaian dan Pertahanan secara Estafet dari AEK NAULI sampai PARAPAT

3) Pada hari ke 15 di Parapat didapat berita dari penyelidik bahwa Pasukan Belanda sudah berada 15 Km dari Aek Nauli, maka Pasukan yang berada di bawah Komando MAS KADIRAN siap untuk melawan dengan cara Penghadangan dan Penghancuran di Aek Nauli, pada pukul 03.00.Wib seluruh Pasukan sudah siap di Aek Nauli dan pada pukul 05.00.Wib terjadilah Pertempuran –Pertempuran yang sengit di jalan besar Aek Nauli – Parapat.

4) Pukul 10.00.Wib muncul 2 Pesawat Terbang Belanda dengan menembaki Pertahanan – pertahanan dan tempat penting di Parapat, munculnya 2 Pesawat Terbang milik Belanda menembaki Pertahanan Pasukan MAS KADIRAN secara membagi Buta sehingga mengakibatkan Pertahanan Pasukan menjadi terpecah dan MAS KADIRAN memerintahkan Pasukannya untuk mundur ke Parapat. Dalam Pertempuran ini Pasukan MAS KADIRAN mengalami banyak kerugian.

5) Dalam waktu 21 hari lamanya Pasukan MBK / YON IV MEN – I Tapanuli Pimpinan MAS KADIRAN, atas PerintahDewan Pertahanan dan Komandan Resimen – I BRIGADE IX Tapanuli agar Pasukan MBK Tapanuli / YON IV MEN – I BRIG XI kembali ke Induk Satuan di Sibolga dan Komandan Parapat Area di serah terimakan kepada MAYOR LEBERTY MALAU di Parapat.

l. PEMBENTUKAN MOBILE BRIGADE BESAR – I SUMATERA DAN MOBILE BRIGADE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

1) Berdasarkan Surat Perintah dari Cabang Jawatan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk Sumatera dibentuk Mobile Brigade Besar – I Sumatera (Aceh-Sumatera Timur – Tapanuli ) dan ditunjuk sebagai Pimpinanya INSPEKTUR POLISI KELAS – I SUMATERA HUMALA SILALAHI dengan kedudukan dan bermarkas di Sekolah Pertanian Sibarani Lagu Boti dan berdasarkan Perintah Kepala Kepolisian Keresidenan Tapanuli di bentuk MOBILE BRIGADE KABUPATEN TAPANULI SELATAN dan di tunjuk sebagai pimpinannya INSPEKTUR POLISI IBNU berkedudukan di Padang Sidempuan.

m. PERTEMPURAN MBB – I SUMATERA DENGAN LEGIUN PENGGEMPUR

1) Pada Saat MAYOR JENDERAL SUPARTO berada di Tarutung untuk melakukan Brifing terhadap Pasukan Keresidenan di Tapanuli yang di hadiri oleh KOLONEL JANSEN SIAHAAN, MAYOR MARADEN PANGGABEAN, MAYOR BEJO dan MAYOR MAS KADIRAN. di dengar bahwa terjadi Pertempuran antara Pasukan MBB-I Sumatera dengan Pasukan Legiun Penggempur di LAGU BOTI, KOLONEL JANSEN SIAHAAN selaku penanggung jawab Kemananan di Daerah Toba meminta kepada MAYOR MARADEN PANGGABEAN dan MAS KADIRAN serta MAYOR BEJO untuk meninjau ke Lapangan.

2) Sesampainya di Lagu Boti ke 4 Komandan ini menemui HUMALA SILALAHI Kepala MBB- I Sumatera, dari penjelasan INSPEKTUR POLISI HUMALA SILALAHI bahwa LEGIUN PENGGEMPUR berhasil melucuti Persenjataan Pasukan MBB- I Sumatera, mendengar hal ini Pasukan MBB – I Sumatera mendahului melakukan Penyerangan. Mendengar penjelasan ini maka KOLONEL JANSEN SIAHAAN sebagai KOMANDAN RESIMEN – III BRIGADE – XI TAPANULI, meminta kepada MAYOR MARADEN PANGGABEAN, MAYOR BEJO dan MAYOR MAS KADIRAN untuk mengambil tindakan pengamanan.

3) Dengan adanya persetujuan dari ke 3 Komandan, maka di kerahkanlah Pasukan untuk mengamankan daerah Tapanuli, maka terjadilah pertempuran di SIBOLGA, TARUTUNG, LAGU BOTI, PORSEA, sampai dengan ke Perbatasan LABUHAN BATU, GUNUNG TUA, LINGGA PANJANG KOTA PINANG. Akhirnya dengan Kebijaksanaan Pemerintah RI Tapanuli, Ketua-ketua partai dan Ketua Adat di Tarutung, maka terjadilah Perdamaian di PANGARIBUAN untuk menghentikan Pertempuran oleh kedua pihak karena hanya merugikan Bangsa Indonesia dan menguntungkan pihak Belanda saja, dengan hasil Perundingan itu di sepakati untuk tidak saling menyerang akhirnya masing-masing Pasukan di tarik ke induk Satuannya, pasukan MBB Tapanuli di Tarik ke Padang Sidempuan.

n. PERANG SAUDARA DI TAPANULI

1) Beberapa Bulan lamanya daerah Tapanuli bebas dari gangguan gerakan Pertempuran bersenjata, tetapi gerakan tentara Belanda yang berada di Parapat tidak henti-hentinya melakukan Infiltrasi dengan Politik Adu Domba antara Rakyat dengan Rakyat, Pasukan dengan Pasukan, terlebih–lebih dimana Komandan Pasukan belum ada kesiapan sehingga sering terpancing untuk di adu domba, apalagi setelah berkumpulnya Pasukan-Pasukan dari Sumatera Timur di Tapanuli, sehingga dengan banyaknya Pasukan di Tapanuli maka gesekan-gesekan antar Pasukan sangat mungkin terjadi.

1) Demikian yang terjadi di Tapanuli dari Pasukan yang terkuat dari Sumatera Timur tersebut berselisih paham di tapanuli, satu pihak pasukan Kesatuan Banteng yang di Pimpin oleh MAYOR L. MALAU dan satu pihak lagi Pasukan BRIGADE-B Pimpinan MAYOR BEJO dan BRIGADE-A yang di pimpin oleh SARAGIH ROS Dua Pasukan dari Sumatera Timur tersebut berselih paham di Tapanuli, sehingga gabungan Kekuatan Senjata yang termasuk BRIGADE XI menjadi pecah dan masing-masing membawa jalannya masing-masing dan akhirnya terjadi Penyerangan ke Asrama BATALIYON BRIGADE – XI di Padang Sidempuan. Dalam hal ini Komandan Batalyon nya Meninggal Dunia

2) Dengan adanya krisis tersebut MAS KADIRAN Kepala MBK Tapanuli dan KOMPOL KLS I M. NURDIN Kepada Polisi Residen Tapanuli di panggil menghadap Residen Tapanuli Dr. F.L. TOBING dalam pembicaraan itu Kepala MBK Tapanuli MAS KADIRAN dengan tegas mengambil jalan memihak BRIGADE-B di Tapanuli Selatan dan MAS KADIRAN memohon kepada Kepala Residen Tapanuli Dr.F.L.TOBING untuk membawa Pasukannya ke Padang Sidempuan untuk mengindari Bentrokan antara BRIGADE – A dan BRIGADE – B.

3) Pertempuran antara Pasukan Banteng dan Brigade – B terjadi dimana mulai BATANG TORU, PANDAAN dan sampai di SIBOLGA, setelah banyak memakan korban akhirnya kedua pasukan mengadakan Perundingan di Sibolga yang di hadiri oleh WAKIL PRESIDEN Dr. MOHD. HATTA. Selesai perundingan maka BRIGADE – B di pimpin MAYOR BEJO yang di dukung oleh MAS KADIRAN kembali ke Tapanuli Selatan dan Pasukan Banteng Pimpinan L. MALAU ke Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah di serahkan kepada BRIGADE XI TAPANULI dan Pasukan Angkatan Laut Indonesia

o. TAPANULI DI KUASAI BELANDA

AGRESI BELANDA KE – II

1) Belanda melakukan serangan ke Sibolga baik dari Laut, Darat dan Udara dan akhirnya Kota Sibolga jatuh ke tangan Tentara Belanda, dengan masuknya Tentara Belanda ke Sibolga untuk menghempang Tentara Belanda maka MAS KADIRAN dengan Pasukan MBK Tapanuli yang berkedudukan di Padang Sidempuan menuju ke Jembatan Batang Toru, Tentara Belanda terus maju ke Padang Sidempuan namun di Jembatan Batang Toru Tentara Belanda di hadang oleh Pasukan MBK, maka terjadilah Pertempuran yang sangat sengit, Tentara Belanda dengan dibantu Pesawat terbang akhirnya dapat memukul mundur Pasukan MBK Tapanuli sampai ke P.Sidempuan.

2) Setelah Batang Toru di rebut selanjutnya Tentara Jepang membom Kota P.Sidempuan dengan 2 Pesawat Terbang dan Pasukan MBK Tapanuli Pimpinan MAS KADIRAN di tarik mundur ke Penyabungan dan sebagian bertahan di Kampung Pijor Koling pertempuran di Pijor Koling mengalami kerugian Besar dan Akhirnya Kota Padang Sidempuan jatuh ke tangan Tentara Belanda.

p. PENYERANGAN KEMBALI MEREBUT KOTA PADANG SIDEMPUAN

Dengan jatuhnya Kota P.Sidempuan ke tangan Tentara Belanda maka Pertahanan di Kampung Goti diadakan Perundingan kembali untuk merebut Kota Padang Sidempuan. Maka Pasukan MMB-I SUMATERA Pimpinan IPTU IBNU dan Pasukan MBK TAPANULI Pimpinan MAS KADIRAN dan PASUKAN BRIGADE-B Pimpinan KAPTEN ROBINSON HUTAPEA mengadakan Pertempuran selama 3 hari di Kota P.Sidempuan dan akhirnya dapat di rebut kembali. Setelah kota P.Sidempuan dapat di rebut Tentara Jepang mundur sampai ke Batang Toru, tetapi baru 6 jam di kuasai tiba-tiba muncul 2 Pesawat Terbang menembaki kota P.Sidempuan dan serangan kembali ini mendapat bantuan dari Sibolga dan akhirnya Kota P.Sidempuan dapat di kuasai oleh Belanda lagi Gerakan Tentara Belanda tidak dapat lagi di tahan Pasukan MBK Tapanuli dan MBB-I Sumatera dan Kompi BRIGADE-B dan Angkatan Laut Indonesia terus mundur dari Kampung Goti – Pijor Koling – Pintu Padang sampai Kampung Huraba dan bertahan di Kampung Huraba dan Kampung Huraba di sebut dengan BENTENG HURABA.

q. PERTEMPURAN DI BENTENG HURABA

1) Pada tanggal 5 Mei 1949 sekitar pukul 04.00.Wib Tentara Belanda dari Pijor koling mengadakan serangan pengepungan dari 4 jurusan yang dibantu oleh 2 orang Penunjuk jalan Anggota Mobile Brigade Tapanuli yang bernama MAKALEO dan SYAMSUL BAHRI, serangan Belanda ini berhasil merebut BENTENG HURABA, Pasukan MBK Tapanuli yang berada di Benteng Huraba mundur ke kampung Tolang dan Pasukan BRIGADE-B pimpinan KAPTEN ROBINSON HUTAPEA mundur ke Kampung Tolang

2) Sesampainya di Kampung Tolang MAS KADIRAN mengumpulkan seluruh Pasukan yang ada dan memerintahkan Penyerangan balasan kepada Pasukan Belanda yang sudah menduduki BENTENG HURABA, Pertempuran terjadi kembali dengan bantuan Penembakan Mortir Pasukan MAS KADIRAN dapat mengusir dari BENTENG HURABA dan pada pukul 16.30.Wib BENTENG HURABA dapat di rebut kembali dan Tentara Belanda mundur ke Padang Sidempuan dari Pertempuran BENTENG HURABA kerugian di pihak Pasukan yang dipimpin oleh MAS KADIRAN 10 orang Anggota MBK tewas, 12 orang dari Pasukan BRIGADE – B tewas serta kerugian Senjata.

3) Sesudah Tentara Belanda mundur dari BENTENG HURABA Pasukan Belanda tidak pernah lagi melakukan serangan ke BENTENG HURABA, hanya MAS KADIRAN pernah menerima Surat dari Tentara Belanda di Padang Sidempuan untuk menyerah dan apabila menyerah akan mendapat Jabatan, namun surat tersebut dibalas oleh MAS KADIRAN yang disampaikan oleh seorang wanita pedagang yang bernama MARIAM yang isi surat tersebut berbunyi “ UNTUK MEYERAH KAMI TIDAK MAU..!!! SILAKAN DATANG KE BENTENG HURABA KALAU BENAR TUAN – TUAN HENDAK MENJAJAH. KAMI TERIMA DENGAN KACANG-KACANG KAMI “

4) Dengan adanya CEACH FIRE pada bulan September 1949 maka MAS KADIRAN Seorang Komandan Pertempuran Benteng Huraba menyerahkan Komando Pertempuran Benteng Huraba kepada AIPTU USMAN Danki – A MBK Tapanuli dan Mas Kadiran berangkat ke Penyabungan untuk mengurus segala sesuatu keperluan apabila terjadi Penyerahan kedaulatan dan Timbang terima dengan Tentara Belanda.

r. MENEMPATKAN JABATAN KEPALA POLISI SUMATERA UTARA

Kota Penyabungan adalah ibu kota Tapanuli Selatan, setelah Kota Padang Sidempuan di kuasai Tentara Belanda, sebagai Pemerintahan Sipil/ Bupati adalah RAJA JUNJUNGAN LUBIS, Kepala Polisinya adalah BAGINDA OLOAN dan Komandan Tentaranya adalah MAYOR BEJO. Untuk Kepala Polisi Sumatera Utara terjadi Kepakuman karena pada saat Sibolga dan P.Sidempuan diduduki Tentara Belanda BAPAK DARWIN KARIM selaku Kapala Polisi Sumatera Utara pergi ke Paya Kumbu, kemudian di usulkan oleh MAS KADIRAN agar BAPAK DARWIN KARIM memimpin Polisi di Sumatera Utara.

s. DIKLAT KEPOLISIAN PERTAMA DI NATAL

Dengan adanya CEACH FIRE / Genjatan Senjata, dan tidak ada lagi serangan Belanda maka MAS KADIRAN selaku Kepala MBK Tapanuli mengusulkan kepada BAPAK DARWIN KARIM untuk menambah Anggota MBK Tapanuli dan melatihnya, usulan MAS KADIRAN di setujui kemudian Mas Kadiran memilih Pemuda-Pemuda dari Gerilya Merapi 60 orang dan dari Anggota BRIGADE – B pimpinan MAYOR BEJO sebanyak 50 orang. selanjutnya 110 Pemuda dikirim ke Natal untuk mendapat Pendidikan Kepolisian dan Latihan-latihan lainnya dan sebagai Kepala Pendidikan dan Latihan Kepolisian. Kepala Kepolisian Sumatera Utara AKBP DARWIN KARIM mengangkat IPTU IBNU sebagai Kepala Pendidikan dan Latihan Kepolisian di Natal.

t. MOBILE BRIGADE KERESIDENAN TAPANULI

DIMINTA MENJADI ORGANIK KETENTARAAN

MAS KADIRAN dipanggil menghadap BAPAK UMAR SAID Kepala Polisi Sumatera di Bonjol, Bapak Umar Said menayakan kepada Mas Kadiran tentang status MBK Tapanuli “ APAKAH MOBILE BRIGADE MASUK DALAM ORGANIK KETENTARAAN ATAU TETAP DI KEPOLISIAN” maka Mas Kadiran menjawab ” KALAU TENAGA KAMI MASIH DI BUTUHKAN DI KEPOLISIAN MAKA KAMI AKAN TERUS MENJADI ANGGOTA KEPOLISIAN KARENA KAMI SELAMA MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN ADALAH DARI KEPOLISIAN “ dengan demikian Kepala Polisi Sumatera Bapak Umar Said menetapkan Bahwa MBK Tapanuli tetap di Kepolisian dan Pangkat MAS KADIRAN dinaikkan menjadi KOMISARIS POLISI KLS-II dengan Jabatan KOMANDAN MOBIL BRIGADE BESAR – I SUMUT – ACEH, setelah selesai Pelantikan esok harinya Mas Kadiran mohon Doa Restu kepada Bapak Umar Said untuk kembali ke Penyabungan dan sesampainya di Penyabungan melapor kepada Kepala Polisi Sumatera Utara Bapak Darwin Karim.

u. PEMULIHAN KEDAULATAN DAN TIMBANG TERIMA DENGAN KEPOLISIAN BELANDA

DI KERESIDENAN TAPANULI

1) Berdasarkan Perintah Kepala Kepolisian Sumatera Utara, MAS KADIRAN agar mempersiapkan Pasukan MBB-I Sumut-Aceh untuk serah terima Kepolisian Belanda kepada Kepolisian Indonesia, dengan adanya berita dari Joint Officer KAPTEN IBRAHIM HAJI, pada hari yang sudah ditentukan maka kepala Kepolisian Sumut Bapak Darwin Karim dan Mas Kadiran dengan 2 Kompi MBB-I Sumut-Aceh dan 1 Batalyon – B pimpinan MURSALIN TELLO berangkat ke Padang Sidempuan untuk timbang terima dengan Kepolisian Belanda, dari Padang Sidempuan dilanjutkan ke Sibolga dan Tarutung, Timbang terima berjalan dengan aman, tertib dan lancar.

2) Sementara waktu untuk menunggu perintah dalam timbang terima di Sumatera Timur, maka Kepala Kepolisian Sumut AKBP DARWIN KARIM tinggal di Sibolga bersama Staf-stafnya untuk mengurus segala sesuatu untuk Kepolisian timbang terima Kepolisian diseluruh Tapanuli Selatan, Mas Kadiran memerintahkan Kompi – C untuk menuju Sibolga dan Kompi D Menuju ke P.Sidempuan, Anggota Staf MBB-I Sumut-Aceh agar menuju Sibolga bergabung dengan Mas Kadiran. Sedangkan Kompi A dan B tetap tinggal di Balige untuk menunggu Perintah selanjutnya masuk ke Sumatera Timur untuk Timbang terima dengan Kepolisian Belanda.

V. TIMBANG TERIMA DENGAN KEPOLISIAN

BELANDA DI SUMATERA TIMUR

Atas Perintah Kepala Kepolisian untuk Sumatera Bapak KOMBES POL UMAR SAID dan Perintah Kepala Kepolisian Sumatera Utara agar masuk kedalam Sumatera Timur untuk mengadakan timbang terima dengan Kepolisian Belanda, pada hari yang sudah di tentukan Mas Kadiran dengan dua Kompi yang berada di Balige. dan Hanafi Komandan MBB Sumbar berangkat ke Sumatera Timur dengan pembagian Daerah MBB-I Sumatera-Aceh Pimpinan Mas Kadiran melakukan timbang terima di P,Siantar, Tebing tinggi dan Medan sedangkan MBB-II Sunar melakukan timbang terima di Tanjung Balai dan Rantau Prapat.

MASA ORDE LAMA 1950 - 1960

a. MBB – I SUMUT-ACEH DAN MBB – I SUMBAR

MENJAGA KEMANAN DI SUMUT

Atas perintah kepala Cabang Jawatan Kepolisian untuk Sumatera dan Kepala Kepolisian Sumatera Utara MBB-I Sumut-Aceh dan dalam rangka pemulihan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera Utara dengan pembagian daerah keamanan sebagai berikut, MBB-I Sumut-Aceh di Medan sekitarnya, Deli Serdang, Langkat Simalungun dan Tapanuli sedangkan MBB-II Sumbar, di daerah Asahan dan Labuhan Batu. Untuk MBB-I Sumut - Aceh ber Markas di Jl.Putri Hijau Medan sedangkan MBB-II Sumbar di Rantau Prapat.

b. PERGANTIAN NAMA MOBILE BRIGADE BESAR

SUMATERA-ACEH MENJADI KOORDINATOR

DAN INSPEKTUR MOBILE BRIGADE

SUMUT- ACEH

1) Dengan Surat Kepala Kepolisian tertanda NoPol.: 04, tanggal 9 Juli 1951 dan Kepala Kepolisian Negara No.26 / XIII 1952 tanggal 6 Mei 1952 Mobile Brigade di Reorganisasi, dalam Reorganisasi tersebut di jelaskan untuk ditingkat Pusat, Kepala bagian Inspeksi Mobile Brigade Jawatan Kepolisian Negara di tingkat Propinsi, Koordinator Inspektur Mobil Brigade dan di tingkat Keresidenan Mobile Brigade Rayon Pimpinan Tehnis tetap berada Pada Kepala Kepolisian Keresidenan.

2) Berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Negara dan Surat Perintah Kepala Kepolisian Sumatera Utara Mobile Brigade Besar – I Sumut-Aceh diganti namanya menjadi Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh, dalam hal ini Kepala Kepolisian Sumatera Utara dalam rapatnya menunjuk Mas Kadiran menjadi Kepala Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh, namun Mas Kadiran dengan rendah hati menolak pengusulan tersebut. Mas Kadiran mengusulkan Bapak M. Nurdin saja di tunjuk sebagai Kepala Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh dan Mas Kadiran sebagai Wakil, saran Mas Kadiran di terima dan di setujui dalam rapat maka keluarlah Surat Keputusan Pengangkatan M.NURDIN sebagai Komandan dan Mas Kadiran Sebagai Wakil Komandan Koordinator dan Inspektur Mobile Briigade Sumut – Aceh.

3) Koordinator Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh memilki kekuatan 8 Kompi dan Masing-masing berkedudukan :

a. Markas Koordinator Inspektur Brigade Sumut-Aceh berkedudukan di Medan Jl. Putri Hijau

b. Kompi 5129 Berkedudukan di Medan

c. Kompi 5132 Berkedudukan di Binjai

d. Kompi 514 Berkedudukan di P.Siantar

e. Kompi 5140 Berkedudukan di Sibolga

f. Kompi 5134 Berkedudukan di T. Tinggi

g. Kompi 5164 Berkedudukan di B. Aceh

h. Kompi 5272 Berkedudukan di T. Balai

i. Kompi 5378 Berkedudukan di Makorins Mobrig Sumut – Aceh.

c. MAS KADIRAN DI TUGASKAN DI SULAWESI DAN KALIMANTAN ( PEMBERONTAKAN DI/TII )

1) Pada tahun 1952 bulan September Mas Kadiran di pindah tugaskan ke Sulawesi dengan Jabatan Wakil koordinator dan Inspektur Mobil dari Gape Sulawesi dan sebagai Komandan adalah TENGKU SANI Kompol Kls-I. dan di Sulawesi Mas kadiran di Perintahkan untuk menumpas gerombolan Darul Islam / Tentara Islam (DI/TII) Pimpinan KAHAR MUZAKIR dalam penumpasan ini Mas kadiran memimpin Kompi 5127 selama 1 Tahun. Mas Kadiran dan pasukannya mengadakan Pertempuran dan Pembersihan gerombolan dengan DI/TIII tak lama kemudian Mas Kadiran di tarik ke Induk Satuan.

2) Setelah 2 Tahun berada di Sulawesi mendapat surat keputusan dari Markas Besar Mobile Brigade Pusat untuk dipindah tugaskan ke Kalimantan menjadi Kepala Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Kalimantan dan merangkap Kepala Ops MOBRIG di Kalimantan, Mas Kadiran berangkat ke kalimantan dengan Pasukannya, sesampainya di Banjarmasin Mas Kadiran Timbang terima dengan Kompol Kls-I ABAS. Di kalimantan MAS KADIRAN memimpin langsung Ops Pembersihan terhadap Gerombolan KRY.TT (Kesatuan Rakyat yang Tertindas) tugas ini dilaksanakan selama 2 Tahun.

d. KEPEMIMPINAN KOORDINATOR DAN INSPEKTUR MOBILE BRIGADE SUMUT - ACEH

Selama Mas Kadiran berada di Sulawesi dan kalimantan terjadi pergantian kepemimpinan Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut - Aceh dari Kompol Kls-I M.NURDIN kepada Kompol Kls – I AMIR SUNARYO dan Amir Sunaryo diganti oleh DOMPAK TAMPUBOLON sebagai Pejabat Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut – Aceh sedangkan AMIR SUNARYO di pindah tugaskan ke Sumatera Barat sebagai Kepala Koordinator Inspektur Mobile Brigade Sumbar di Bukit Tinggi.

e. PEMBERONTAKAN DI / TII DI ACEH

Pemberontakan Darus Islam / Tentara Islam Indonesia di beberapa Daerah seperti di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Tenggara. Pemberontakan ini banyak memakan energi Mobile Brigade bahkan tak sedikit Pahlawan Mobile Brigade yang gugur dalam Pemberontakan itu, untuk mengatasi Pemberontakan DI / TII di Aceh maka dikirmkan Kompi-kompi dari Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh yaitu Kompi 532 Binjai dan Kompi 5378 Putri Hijau, Kompi 5129 Sei Wampu dan Kompi 514 P.Siantar dalam Pelaksanaan tugasnya Kompi ini bergabung dengan Kompi-kompi dari luar Sumatera Utara – Aceh.

f. PEMBERONTAKAN PRRI

Belum dapat seluruh Pemberontakan DI/TII teratasi, meletus pula Pemberontakan baru oleh yang menamakan dirinya “PEMERINTAH REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA” (PRRI) dan PERMESTA di Sumatera Timur, Tapanuli dan Sumatera Barat yang dilakukan oleh oknum-oknum dari Komando-komando Militer, Struktur Mobile Brigade Sumut – Aceh pada saat untuk menghadapi Pemberontakan DI/TII saja sudah tidak sesuai dengan tuntutan Tugas apalagi menghadapi DI/TII dan PERMESTA, maka segera dikerahkan Satuan-Satuan Tugas Batalyon Mobile Brigade menuju pusat – pusat Pemberontakan di Sumatera Utara / Tapanuli dan Sumatera Barat.

g. MAS KADIRAN PINDAH TUGAS KE SUMATERA

UTARA

1) Setelah selesai menjabat Kepala Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade kalimantan Mas kadiran Pindah ke Jakarta, di Jakarta Mas Kadiran mendapat perintah dari AKBP M.YASIN Kepala Inspksi Mobile Brigade DKN untuk melakukan Riset ke Pendidikan Mobrig di Porong selama 3 Bulan setelah selesai Mas Kadiran menjabat Kepala koordinator Inspektur Mobile Brigade cadangan di Tanah Abang Jakarta, pada pertengahan Maret 1958 Mas Kadiran di panggiil Pak M.Yasin untuk diajak ke Medan. Mas Kadiran memohon kepada Bapak M. Yasin kalau bisa yang lain saja dengan alasan Keluarga, namun Bapak M. Yasin menolak Permohonan Mas Kadiran dan akhirnya Mas Kadiran ikut Bapak M.Yasin ke Medan.

2) Pada tanggal 18 Maret 1958 pukul 14.00. Wib Mas Kadiran dan Bapak M.Yasin dan Kombes Pol Hakim Nasution tiba di Bandara Polonia Medan dan langsung menuju ke kediaman Bapak BRIGJEND DJATI KESUMO di Gelugur, dalam hal ini Bapak Djati Kesumo menerangkan kepada Mas Kadiran apa yang sudah terjadi di Sumatera Utara dan banyak Anggota kepolisian yang ikut dalam Pemberontakan DI/TII dan PRRI. Dalam perundingan dengan bapak M. Yasin, Bapak Hakim Nasution dan Bapak Jati Kesumo yang di dampingi oleh Mas Kadiran. Bapak Jati Kesumo meminta agar Kepolisian Sumut-Aceh di pulihkan kembali dan meminta satu orang Kader-kader Kepolisian untuk mengikuti gerakan-gerakan Tentara dalam memulihkan Keamanan di Sumatera Utara.

3) Untuk memenuhi permintaan Bapak Djati Kesumo, maka Bapak M.Yasin memerintahkan Mas Kadiran untuk mengikuti Gerakan Tentara dalam Pemulihan Keamanan di Tubuh Mobrig Sumut – Aceh selanjutnya M.Yasin melaporkan kepada Kepala Kepolisian Negara untuk mengirim dan menunjuk seorang Kepala Kepolisian Sumatera Utara, karena Kepala Kepolisian Sumut Bapak Muhammad Isa sudah masuk dalam Pemberontakan DI/TII Aceh, sedangkan Kepala Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut-Aceh yaitu Bapak Dompak Tampubolon sudah masuk PRRI di Sumatera Utara dan Sumbar.

4) Untuk mengembalikan Nama baik Kepolisian / Mobile Brigade Sumut-Aceh yang pertama di lakukan Mas Kadiran adalah mendatangi Kantor Koor Ins Mobrig Sumut Aceh di Kampung Keling , pada saat itu kantor Polisi tersebut sunyi tidak ada orang keesokan harinya baru ada beberapa Anggota Mobring Sumut-Aceh datang, setelah dijelaskan oleh Mas Kadiran tentang kedatangan Bapak M.Yasin dan Bapak Hakim Nasution, dimintakan kepada mereka untuk bekerja seperti biasa sambil menunggu Perintah Mas Kadiran.

h. MAS KADIRAN DI TUNJUK SEBAGAI KEPALA KOORDINATOR

Bapak M.Yasin memerintahkan Mas Kadiran untuk memanggil Dompak Tampubolon Pejabat Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut – Aceh untuk menghadap Bapak M.Yasin di HOTEL DEBOER, Mas Kadiran langsung mendatangi Rumah Bapak Dompak Tampubolon dan membawanya menghadap Bapak M.Yasin. setelah beberapa lama pembicaraan antara Bapak M.Yasin dan Bapak Dompak Tampubolon, Bapak M.Yasin memanggil Mas Kadiran dan memerintahkan kepada Mas Kadiran mulai besok Mas Kadiran memangku Jabatan sebagai Komandan Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut – Aceh. Dengan penunjukan Mas Kadiran tersebut maka Mas Kadiran harus menyelesaikan tugas yang berat antara lain memulihkan Kewibaan kepolisian di Sumut-Aceh dan turut pula dalam Operasi Militer dalam pemulihan Keamanan terhadap pemberontakan PRRI di Sumatera Utara yang di pimpin oleh KOLONEL M.SIMBOLON

i. PEMBERSIHAN DI DALAM TUBUH KEPOLISIAN SUMATERA UTARA

Berdasarkan Laporan-Laporan dan daftar nama-nama yang di dapat dari Anggota yang masih setia dan patuh terhadap Pemerintahan Republik Indonesia, maka Mas Kadiran mengadakan pembersihan di Tubuh Mobile Brigade Sumut-Aceh dan para Kader dan Anggota yang tersangkut di serahkan kepada tim Pemeriksa Gabungan yang di datangkan dari Jakarta yang dipimpin oleh Bapak KOMBES POL SOEPARJO Kepala bagian Reserse Kriminal DKN Jakarta, diantara yang di tangkap adalah KOMBES POL MUHAMMAD ISA. Kepala Kepolisian Propinsi Sumatera Utara, dan IPTU KLS-I DOMPAK TAMPUBOLON Pejabat Koordinator Mobrig Sumut – Aceh. Setelah selesai mengadakan pembersihan dan Penangkapan terhadap para Kader dan Anggota – Anggota Kepolisian Sumatera Utara maka berangsur-angsur Keamanan dan Kewibawaan Kepolisian telah dapat di pulihkan kembali.

j. GERAKAN OPERASI PEMULIHAN KEAMANAN

Berdasarkan Perintah Komandan Operasi Pemulihan Keamanan Sumatera Utara BRIGJEN DJATI KUSUMO, maka Mas Kadiran dengan 3 Pleton Pasukan Komobda Sumut – Aceh bergabung dengan Pasukan Tempur yang terdiri dari :

a. Kompi PASUKAN GERAK CEPAT

b. Kompi ARTELERI

c. Resimen BUKIT BARISAN

d. Pasukan MOBRIG Sumut-Aceh

Dalam Operasi ini Pasukan yang dipimpin oleh BRIGJEND DJATI KUSUMO berhasil menguasai GunungTua Padang Sidempuan, Batang Toru dan Sibolga. Pasukan Mobrig mendapat tugas menjaga Lapangan Terbang Pinang Sori di Tapanuli Tengah selama tiga bulan Pasukan Mobrig Sumut-Aceh bertugas di Lapangan Terbang Pinang sori, selanjutnya BRIGJEND DJATI KESUMO di tarik untuk terus mengikuti Operasi Pemulihan Keamanan menuju Bukit Tinggi, sedangkan untuk TAP-TENG dan TAP-SEL diserahkan kepada RESIMEN BUKIT BARISAN.

k. PASUKAN MOBRIG SUMUT ACEH KEMBALI KE MEDAN

Gerakan Ops Pemulihan Keamanan di Pimpin langsung oleh BRIGJEND DJATI KUSUMO, dalam menuju Bukit Tinggi Mobrigda Sumut masih mengalami Pertempuran di Sayur Matinggi, Penyabungan, Kota Nopan, Muara Sipongi dan Lubuk Sikanding. 55 orang Polisi yang yang masuk PRRI di tangkap dan di serahkan kepada Bapak Bapak Amir Sunaryo selaku Kepala koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumbar. Setelah sampai di Bukit Tinggi dan pulang ke Medan, sesampainya di Medan Mas Kadiran melapor kepada Kepala Polisi Propinsi Sumatera Utara Bapak KOMBES POL RADEN DJOYO DIRJO.

l. PEMBANGUNAN KANTOR KOORDINATOR

DAN INSPEKTUR MOBILE BRIGADE SUMUT - ACEH

Sesampainya di Medan Mas Kadiran merencanakan membangun Kantor Koor Ins Mobrig Sumut-Aceh, karena selama ini masih menumpang beberapa kamar di Kantor Kepolisian Propinsi Sumut. Maka Mas Kadiran memohon kepada PANGDAM II / BB. Bapak DJAMIN GINTING agar dapat memberikan sebuah Rumah di Jalan Putri Hijau kepunyaan Perusahaan Negara Peleburan, permohonan tersebut dapat di setujui oleh PN.Perleburan, setelah di renovasi maka jadilah Kantor Koordinator Inspektur Mobrig Sumut – Aceh selanjutnya Mas Kadiran memerintahkan Meriam SILUNCIUS dan SIMANIS dibawa ke Medan untuk di letakkan di Kantor Koor Insp Mobrig Sumut-Aceh.

m. REORGANISASI KE- III KOOR INSP MOBRIG SUMUT - ACEH MENJADI KOMANDEMEN MOBRIG DAERAH

1) Berdasarkan Surat keputusan Kepala Polisi Negara No.Pol.: 13 / MB / 1959 tanggal 25 April 1959.

a. Ditingkat Jawatan Kepolisian Negara di sebut Komandan Mobile Brigade Pusat.

b. Ditingkat Propinsi di sebut Komanden Mobile Brigade daerah dengan 3 Batalyon Senapan sebagai unsur Pelaksanaan Tugas.

c. Ditingkat Keresidenan adanya Kesatuan Mobile Brigade hanya semata-mata di dasarkan atas Lokasi pasukan saja.

2) Untuk Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut namanya menjadi Komandemen Mobile Brigade Sumut-Aceh dengan kekuatan 3 Batalyon dengan kedudukan

a. Batalyon 515 RENCONG SAKTI berkedudukan di Aceh dengan kekuatan 1 Kompi berkedudukan di Banda Aceh dengan nama Kompi 5164.

b. Batalyon 516 ELANG SAKTI berkedudukan di Medan dengan kekuatan 3 Kompi yang terdiri dari.

1. Kompi 5378 Berkedudukan di Medan

2. Kompi 5129 Berkedudukan di Medan

3. Kompi 5132 Berkedudukan di Binjai

c. Batalyon 517 PATUAN NAGARI ANGGI berkedudukan pertama di Tarutung kedua di P.Sidempuan dan terakhir di P.Siantar dengan kekuatan 4 Kompi yang terdiri dari :

1. Kompi 514 Berkedudukan di P.Siantar

2. Kompi 5140 Berkedudukan di Sibolga

3. Kompi 5134 Berkedudukan di T.Tinggi

4. Kompi 5272 Berkedudukan di T.Balai

n. MAS KADIRAN KOMOBDA SUMUT MENJADI

KOMANDAN UPACARA

1) Pada Juni 1959 Mas Kadiran Komandan Komobda Sumut-Aceh mendapat surat Perintah dari Markas Besar Kepolisian di Jakarta untuk menjadi Komandan Upacara HUT Kepolisian Negara R.I yang di pusatkan di Jogjakarta, Mas Kadiran berangkat tanggal 15 juni dari Medan ke Jogjakarta, setelah melaksanakan latihan beberapa lama maka Mas kadiran di tetapkan sebagai Komandan Upacara.

2) .Pada tanggal 1 Juli 1959 Hari Ulang Tahun Kepolisian Negara Republik Indonesia bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah PRESIDEN RI, Ir SOEKARNO dan sebagai Komandan Upacara adalah KOMISARI POLISI Tk-I. Upacara ini di hadiri oleh para Mentri-Mentri Kabinet, Kepala dan Staf 3 Angkatan serta Duta Besar. Para Atase Milter Negara-Negara sahabat dan Perwira-Perwira tinggi dari Kepolisian, sedangkan Pasukan yang ikut dalam Upacara adalah Pasukan dari Mobrig Jawa Timur, Jawa Tengah, Resimen Mobrig Pusat, Resimen PTIK, Polisi Lalu Lintas, Polisi Perairan dan Polisi umum. Pada saat Upacara Protokol memberitahukan lewat pengeras suara bahwa yang bertindak selaku Komandan Upacara HUT Kepolisian Negara R.I. adalah Kepala Komandemen Mobrig Daerah Sumut – Aceh KOMISARIS POLISI KLS-I MAS KADIRAN yang berjuluk “SINGA DARI TAPANULI” sejak itu Mas Kadiran terkenal dengan Julukan “SINGA DARI TAPANULI”

MASA ORDE LAMA 1961 - 1971

a. REORGANISASI KE – IV

MOBRIG DIGANTI MENJADI BRIMOB

1) Pada peringatan Hari Ulang Tahun Mobile Brigade yang ke XVI tanggal 14 Nopember 1961, Nama MOBILE BRIGADE yang di singkat MOBRIG diganti dengan nama BRIGADE MOBIL yang di sebut dengan BRIMOB oleh KEPALA NEGARA INDONESIA PRESIDEN Ir. SOEKARNO dan pada hari itu juga dengan surat Keputusan Presiden R.I Nomor: 591 Tahun 1961 Korps Brigade Mobil mendapat Penghargaan “ NUGRAHA SAKANTI YANA UTAMA” karena dengan di dirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh Kewaspadaan telah mendarma Bahktikan dirinya untuk kepentingan tugas Kepolisian maupun Negara, sehingga sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi Tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat-sifat Kepolisian Sejati, dengan di anugrahkannya Penghargaan ini Korp Brigade Mobile adalah satu satunya Kesatuan di Lingkungan Kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat Penghargaan dari Kepalan Pemerintah dan Negara Republik Indonesia

b. PERSIAPAN PASUKAN BRIMOB KE IRIAN BARAT DALAM RANGKA OPS TRIKORA

Pada Ulang Tahun Penyerahan kedaulatan RI di Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1961 dicanangkan oleh Presiden RI Ir SOEKARNO, Tri Komando Rakyat TRIKORA, guna mengembalikan Wilayah Irian Barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan Tugas maka Markas Besar Korp Brimob menyusun strategi tugas yang sifatnya lebih besar dalam bentuk Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini Koordinator Brimob Daerah Sumut-Aceh disiapkan untuk sewaktu-waktu diberangkatkan, namun karena Ops TRIKORA tidak memakan waktu lama maka yang diberangkatkan ke Irian Barat pada waktu itu hanya Resimen Pelopor yang tergabung dengan Pasukan-Pasukan Istimewa / khusus TNI.

c. MAS KADIRAN MEMASUKI MASA PERSIAPAN PENSIUN

Pada Tahun 1962 Mas Kadiran mamasuki masa persiapan Pensiun dan Jabatan Komandan Brimob Daerah Sumut-Aceh diserah terimakan kepada Bapak AMIR SUNARYO, pada tahun 1969 Mas Kadiran dipensiunkan dari tugas-tugasnya sebagai Anggota Kepolisian RI, dengan alasan mengundurkan diri.

d. PERSIAPAN PASUKAN BRIMOB KE PERBATASAN MALAYSIA OPS DIWIKORA

Dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia, karena berdirinya Negara Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan Keamanan baik Fisik maupun Psychologis. Baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka bersama Satuan ABRI lainya segera membentuk Satuan Tugas menjaga Perbatasan. Sementara itu Sukarelawan-Sukarelawan Kepolisian RI / Korp Brimob / Menpor dan Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh disiapkan juga untuk mengambil bagian dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikit Sukarelawan-Sukarelawan kita yang gugur dan Tentara dalam menjalankan Tugas tersebut.

e. PERGANTIAN JABATAN KOMANDAN

KOMOBDA SUMUT - ACEH

Pak AMIR SUNARYO sebagai Komandan Komobda Sumut – Aceh diganti dengan TUMPAK TAMPUBOLON dan tak lama kemudian Tumpak Tampubolon diganti dengan Bapak KUSNADI

f. REORGANISASI KE V KOMANDEMEN BRIMOB

DIGANTI MENJADI RESIMEN

Berdasarkan surat keputusan Mentri / Panglima Angkatan Kepolisian No.Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 Maret 1965 Organisasi Korp Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut :

a. Di Pusat disebut MARKAS BESAR

b. DI Propinsi-Propinsi disebut RESIMEN KORP BRIMOB

c. Lembaga Pedidikan Korp Brimob

d. Kesatuan Bantuan Umum dan Kesatuan Pelayan Korp Brimob

e. Kesatuan Tugas khusus Korp Brimob

Untuk Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh di ganti namanya menjadi KORPS BRIGADE MOBILE RESIMEN V dan sebagai Komandannya adalah AKBP K.E. LUMY. Korps Brigae Mobile Resimen V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang diganti namanya seperti:

a. Markas Resimen-V Korps Brimob Sumut-Aceh di Putri Hijau

b. Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 Kompi dengan Sebutan Kompi-A

c. Markas Batalyon 516 di Medan Jl.Sei Wampu dengan kekuatan 3 Kompi.

1) Kompi A Kedudukan di Medan.

2) Kompi B Kedudukan di Binjai

3) Kompi C Kedudukan di Medan.

d. Markas Batalyon 517 di P.Siantar kekuatan 4 Kompi

1) Kompi A Kedudukan di P.Siantar

2) Kompi B Kedudukan di T.Tinggi

3) Kompi C Kedudkan di Sibolga

4) Kompi D Kedudukan di T.Balai.

g. OPERASI G.30-S / PKI

Meluasnya Tragedi Nasional dengan Pengkhiatan PKI yang dikenal dengan sebutan G.30-S/PKI Merupakan Pengkhiatan kedua kalinya setelah MADIUN AFAIR, Kesatuan Korps Brimob di daerah segera mengambil bagian bersama-sama ABRI yang lain untuk menghancurkan Potensi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G.30-S / PKI ) Diseluruh daerah, begitu juga dengan Korps Brimob Resimen-V Sumut – Aceh juga bertugas bersama-sama Satuan ABRI lainya dan Masyarakat untuk menghancurkan PKI. Guna untuk menghilangkan pengaruh dari G.30-S / PKI. Akibat dari Pemberontakan PKI ini terjadi pergantian Presiden R.I. Ir, SOEKARNO diganti oleh SOEHARTO

MASA ORDE BARU 1972 - 1996

a. REORGANISASI KE VI KORPS BRIMOB MASUK DALAM KOMANDO SAMAPTA

1) Sesuai Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI. Nopol. Kep / 05 / III / 1972 tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Korps Brigade Mobil Polri diatur sebagai berikut:

a. Ditingkat Pusat

1) Markas Korps Brimob Polri dengan Kesatuan-Kesatuan di Pusat dimasukkan dalam organik KOMANDO SAMAPTA.

2) Selaku Unsur KOMANDO SAMAPTA maka Status dari status tersebut diatas ialah MARKAS PUSAT BRIGADE MOBIL POLRI.

3) Pimpinan Korps Brigade Mobil Polri disebut KOMANDAN KORPS BRIGADE MOBIL.

b. Kesatuan-kesatuan dan Staf Brimob yang di daerah dimasukkan dalam Organik KOMDAK dimana Kesatuan ini berada di Resimen – V Sumut - Aceh diganti menjadi SAT BRIMOBDAK-II / SU

2) Dengan demikian Korps Brimob Resimen-V Sumut – Aceh masuk dalam Markas Komando Daerah Kepolisian-II Sumatera Utara ( KOMDAK-II / SU ) seluruh Bataliyon di bubarkan sehingga menjadi 3 Kompi saja yang berkedudukan di :

a. Kompi 03 Berkedudukan di P.Siantar

b. Kompi 04 Berkedudukan di Binjai

c. Kompi 05 Berkedudukan di Sibolga

Sedangkan Kompi 5164 yang berada di Aceh menjadi Organik KOMDAK – I / Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di Banda Aceh. Sebagai Komandan Sat Brimob Dak – II / SU AKBP EDWARD SITOMPIL mengantikan AKBP K.E. LUMY yang pindah ke Jakarta dan tak lama kemudian, AKBP EDWARD SITOMPUL di gantikan oleh LETKOL. P. HUTABARAT.

b. PENAMBAHAN PERSONEL SATUAN BRIMOBDAK II / SU

Tahun 1975 – 1980 Sat Brimobdak II / SU dapat tambahan Personel sebanyak :

a. Awal tahun 1975 tambahan 100 orang Tamtama lulusan Dodiklat Komdak Sumbar Padang Besi dan akhir tahun 1975 tambahan 180 orang Tamtama lulusan Dokdiklat Komdak - III Sumbar / Padang Besi dan Dodiklat Komdak - VI Sumsel / Teluk Betung

b. Tahun 1980 tambahan 300 orang Tamtama dari Polda Sumbar dan Polda Aceh.Dan pada Tahun 1979 – 1980 sepulangnya dari TIM-TIM diadakan Latihan Pemantapan I dan II dengan Kualifikasi DAKHURA dan WANTEROR.

c. TUGAS OPS SEROJA TIMOR-TIMUR

ROTASI – I DAN II

Tahun 1975 Kompi-Kompi jajaran Sat Brimobdak-II / SU digeser. Kompi 03 P.Siantar bergerak ke Medan, Kompi 04 tetap dan Kompi 05 di geser dari Sibolga ke P.Siantar. Kompi 03 yang berkedudukan di Medan. Pada rotasi – I tahun 1976 sebanyak 100 orang di tugaskan ke Timor-Timur di bawah Pimpinan KAPTEN POL RAJAWALI SITUMORANG di tempatkan di Kabupaten VIQUEQUE dan Rotasi ke II tahun 1978 Kompi 04 Binjai dengan kekuatan 100 orang dibawah Pimpinan LETTU POL. B. SARAGIH dan di tempatkan di Kabupaten DILI, Kabupaten LIQUISA, Kabupaten BAUCAU dan Kabupaten LOS PALOS, dalam Penugasan ini 1 orang Personel dari Kompi 04 meninggal dunia akibat Sakit.

d. PENAMBAHAN PERSONEL

Berdasarkan Skep Kapolri No.Pol.: Skep / 10 / II / 1979 tanggal 1 Pebruari 1979 tentang Pembentukan Kompi-Kompi Dakhura / Wanteror Brimob Polri, untuk sat Brimob Dak – II / SU pada Tahun 1979 di tambah / Kompi dengan kekuatan , dengan nama Kompi Pemantapan – I dan sebagai Dankinya adalah KAPTEN ROCHIYAT, Komandan Menpor Korps Brimob Polri berkedudukan di Medan. Dan pada tahun 1980 Sat Brimobdak – II / SU ditambah ditambah kekuatannya 1 Kompi lagi dengan Nama Kompi Pemantapan – II berkedudukan di T.Morawa dan sebagai Komandan Kompinya adalah KAPTEN POL. M.SAID, Pada Tahun 1982 LETKOL POL. P. HUTABARAT, Dansat Brimob Dak- II / SU diganti oleh LETKOL POL ALEX TUMBOL.

e. OPS SEROJA TIM-TIM ROTASI - III

Tahun 1981 Kompi – 05 P.Siantar diberangkatkan Tugas Ops Seroja Timor-timur sebagai Rotasi ke III dengan kekuatan 100 Orang dipimpin oleh KAPTEN POL. SULAIMAN GALEN dan di tempatkan di Kab. DILLI dalam Penugasan ini tidak ada korban dan kembali tahun 1982.

f. REORGANISASI KE VI KORPS BRIMOB POLRI

1) Reorganisasi ini bersamaan dengan Reorganisasi dalam Tubuh ABRI / POLRI dan dengan adanya Surat Keputusan Kapolri No.Pol.; Skep / 552 / XI / 1983 tanggal 14 Nopember 1983 tentang Likuidasi Satuan Batalyon dan Redislokasi Kompi berdiri sendiri Brigade Mobil dengan adanya Likuidasi ini dimana seluruh kekuatan Brigade Mobil berjumlah 9 Batalyon dan 41 Kompi, dengan surat Keputusan ini Batalyon-Batalyon yang masih ada di hapus dan di bentuk Kompi-Kompi berdiri sendiri. Yang sebelumnya Sat Brimob Polda Sumut yang sebelumnya ada 5 Kompi menjadi 2 kompi yaitu Kompi pemantapan I menjadi kompi 5129 berkedudukan Medan sebagai Komandan Kompi KAPTEN POL. ROCHIYAT dan Kompi 5127 ditempatkan di T.Morawa dan sebagai Komandan Kompi LETTU POL. JHONI WAINAL USMAN, Lulusan AKPOL tahun 1977, sedangkan Kompi 03 Medan, Kompi 04 Binjai dan Kompi 05 P.Siantar di hapus / dibubarkan dan Anggota-Anggotanya di Pindah tugaskan ke Polisi Tugas Umum.

2) Dengan adanya Likuidasi tersebut maka Tugas Brimob Polri menjadi lebih Profesional ada pun tugas Pokok Brimob adalah “ Penanggulangan Gangguan Kamtibmas yang bersifat Khusus atau yang berintensitas tinggi / berkadar tinggi utamanya Kerusuhan Massa, Kejahatan Terorganisir dan Bersenjata Api / Handak serta Ops Kemanusiaan (SAR) Dengan kemampuan yang dimiliki berupa :

a. Kemampuan Dasar adalah Reserse Mobil

b. Kemampuan Khusus berupa PHH, Wanteror, Jihandak dan SAR

g. SAT BRIMOBDAK – II / SU MASUK DALAM

JAJARAN DIT SAMAPTA POLDA SUMUT

Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 07 / VII / 1985 tanggal 1 Juli 1985 Sat Brimob Dak – II / SU masuk dalam jajaran Direktorat Samapta Polda sumut bersama-sama dengan bagian SABHARA dan SAT POL AIR. Sebutan Sat Brimob Dak – II /SU berubah menjadi SAT BRIMOB DIT SAMAPTA POLDA SUMUT, dengan demikian Direktorat Samapta membawahi 3 Satuan Yaitu :

a. Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut berkedudukan di Jl. K.H. Wahid Hasyim Medan

b. Bagian Sabhara Dit Samapta Polda Sumut berkedudukan di Binjai

c. Sat Pol Air Polda Sumut berkedudukan di Belawan

Bersamaan itu Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut LETKOL POL. ALEX TUMBOL diserah terimakan kepada LETKOL POL Drs, SUMADI MUJIONO, Letkol Pol Alex Tumbol menjabat Dansat Brimob Polda Sumut Sejak tahun 1980 s/d 1985.

h. PENAMBAHAN 1 KOMPI DI PEMATANG SIANTAR

1) Pada bulan Pebruari 1985 Dansat Brimob Dak – II / SU LETKOL POL. ALEX TUMBUL menegaskan kepada Dansat Korp Brimob Polri untuk menambah 1 Kompi Lagi di P.Siantar karena melihat situasi Geografi dan Demografi serta ancaman di daerah Tapanuli, dengan adanya usulan ini maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol. : Skep / 332 / X / 1985 tanggal 5 Oktober 1985 di tambah 1 Kompi lagi di Sat Brimob Polda Sumut berkedudukan di P.Siantar dengan nama Kompi 514 dengan Komandan Kompi KAPTEN POL SUTARJO.

2) LETKOL POL. SUMADI MUJIONO hanya 1 Tahun saja menjabat Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut (1985 – 1986 ) dan digantikan oleh MAYOR POL. Drs, JHON PAPALANGI Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut, beliau membentuk Sat-Gas Resmob dengan sandi JALAK. Resmob Sat Brimob ini sangat Populer di jajaran Polda Sumut karena keberadaannya di dukung oleh Kapolda Sumut Bapak BRIGJEN SELAMET SP, Satgas Jalak ini selalu berhasil dalam mengungkapkan kasus yang berintensitas tinggi atau Kejahatan – kejahatan yang meresahkan Masyarakat dalam pelaksanaan tugasnnya Satgas Jalak dibantu oleh Masyarakat melalui Jalur Bankom Taratai yang dibentuk oleh Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut Mayor Pol. Drs, Jhon Papalangi, namun tak lama kemudian Mayor Pol. Drs, Jhon Papalangi di ganti oleh MAYOR POL Drs, P.E. KALANGI, Mayor Pol Drs, Jhon Papalangi menjabat Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut selama 1 tahun 1986 - 1987

i. OPS JARING MERAH DI ACEH

Tahun 1989 terjadi Pemberontakan oleh di Aceh Merdeka, karena Mereka ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam hal ini Pemerintah segera melakukan Operasi Militer dengan sandi “JARING MERAH “ dalam Operasi ini sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut mengerahkan Pasukan sebanyak 3 Rotasi.

a. ROTASI – I dari Tahun 1989 – 1990. Personil yang di berangkatkan sebanyak 100 orang dipimpin oleh LETTU POL SYAMSURI di tempatkan di Polres Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Pidie

b. ROTASI – II dari Tahun 1990 – 1991 jumlah Personel yang di berangkatkan sebanyak 100 orang dipimpin oleh LETDA POL. VERDIANTO I BITTICACA di tempatlkan Lhoksomaweh Aceh Utara

j. PENGEMBALIAN DHUAJA SAT BRIMOB DIT SAMAPTA POLDA SUMUT

Pada tahun1990 Dhuaja Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut di aktifkan kembali, dimana sebelumnya pada saat tahun 1972 Resimen-V Korps Brimob Sumut-Aceh di bubarkan dan di tarik ke Markas Besar Korps Brimob. Dengan adanya Dhuaja Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut maka setiap Upacara-upacara besar Dhuaja Sat Brimob di keluarkan.

k. PEMBENTUKAN SATGAS KHUSUS

Pada saat Mayor Pol. Drs P.E.Kalangi dilaksanakanlah latihan TERATAI – I & II dengan Kualifikasi PELOPOR, dalam Latihan ini seluruh Anggota dari Pangkat terendah sampai Pangkat tertinggi melaksanakan Latihan. Latihan Teratai – I .Medan Latihan Teratai – I mengambil tempat di. Medan, Telaga Langkat, Lau Kawar, Tanah Karo, Gunung Sibayak dan di tutup di Sibolangit. Dan untuk Teratai – II daerah latihannya T.Morawa, Sibiru-biru, Penen, Sibolangit, Sekeben, Sibolangit , Kinangkung, Kutalimbaru dan Medan. Setelah Latihan di Sat Brimob di bentuk Satuan Tugas khusus, RESMOB, JIHANDAK, WANTEROR dan SAR Yang pelaksanaan tugasnya langsung dibawah Perintah Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut. Dimana Satuan tugas khusus ini sebagai Pengaman / Pengawal setiap kunjungan Presiden RI SOEHARTO setiap berkunjung ke Medan atau Presiden Manca Negara sampai kunjungan PAUS PAULUS XI atau Pejabat V.VIP dari Negara lain, melaksanakan tugas-tugas SAR, JIHANDAK dan Pengungkapan Kasus-kasus dan menangkap Pelaku Kejahatan yang tidak mampu dilaksanakan oleh Satuan Kewilayahan. Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut MAYOR POL. Drs, P.E. KALANGI diserah terimakan kepada MAYOR POL. Drs, W.S. PATIASINA. Mayor Pol. Drs, P.E. Kalangi menjabat Dansat Brimob Polda Sumut selama 4 Tahun dari tahun 1987 – 1991.

l. SAT BRIMOB DIT SAMAPTA POLDA SUMUT DIJADIKAN PILOT PROJEK BRIMOB SE - INDONESIA

1) Pada saat kepemimpinan LETKOL POL. Drs, W.S. PATIASINA. Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut dijadikan Pilot Project Brimob Se-Indonesia oleh KAPOLRI JENDERAL BANURUSMAN. Sat Brimob menambah 1 unit Satuan Tugas khusus yaitu PATROLI SERGAP disamping Unit-Unit Jihandak, Wanteror, SAR dan Resmob. Sat Brimob Dit Samapta Juga mengembangkan Patroli Sergap menjadi PATROLI LINTAS DESA, PATROLI TERSAMAR dan PATROLI KAMANDAHAN. Dan Juklak Patroli Sergap, Juklak Patroli Lintas Desa, Juklak Patroli Tersamar dan Patroli Kamandahan dijadikan Juklak Brimob dan di tetapkan dalam Juklak Kapolri No.Pol.: Juklak / 08 / IV / 1993 tentang Pendayagunaan Brigade Mobil Polri.

2) Tahun 1992 Rotasi ke – III Operasi Jaring Merah di berangkatkan ke Aceh dengan kekuatan 100 orang yang di Pimpin oleh KAPTEN POL Drs, JHODI HERIADI dan di tempatkan di Polres Aceh Utara. Dan pada tahun 1993 Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut LETKOL POL. Drs, W.S. PATIASINA diserah terimakan kepada LETKOL POL. Drs, KRIS HERMANTO dan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 15 / XII / 1993 tanggal 31 Desember 1993 tentang Struktur Organisasi Susunan Personel Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut type-C dinaikkan statusnya menjadi Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut Type- B. LETKOL POL. Drs, KRIS HERMANTO hanya 6 Bulan menjabat sebagai Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut pertengahan tahun 1994 LETKOL POL. Drs, KRIS HERMANTO digantikan oleh LETKOL POL. Drs, BAMBANG SUEDI.

m. NAPAK TILAS DARI BALIGE KE BENTENG HURABA

Tahun 1994 dalam rangka HUT Brimob ke 49 tanggal 14 Nopember 1994 berdasarkan Surat Perintah Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut LETKOL POL Drs, BAMBANG SUEDI diadakan Napak Tilas Perjuangan Brimob Sumatera Utara dari Polsek Balige tempat dimana Polisi Istimewa cikal bakal Brimob Sumatera Utara sampai Benteng Huraba Pertahanan terakhir Pejuang-Pejuang Brimob / TNI dan Masyarakat melawan Tentara Belanda. Route Napak Tilas, Balige-Siborong-borong-Tarutung-Sibolga-Lumut-P.Sidempuan- Pintu Padang dan Benteng Huraba. Dalam napak tilas di ikuti oleh 6 Reg dan berjalan terus menerus secara Estapet. Pemberangkatan Napak Tilas dilaksanakan di Lapangan SMA Plus Soposurung dan dilepas oleh WAKA POLDA serta di hadiri oleh Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat Tapanuli dan sepanjang jalan di elu-elukan Masyarakat. Finish di Benteng Huraba, 2 Km sebelum Benteng Huraba di terima oleh Para Pejuang Benteng Huraba dan Kapolda selanjutnya Kapolda berjalan bersama menuju Benteng Huraba. Sesampainya di Benteng Huraba diadakan Upacara serah Terima PATAKA oleh Regu Napak Tilas kepada pembawa PATAKA untuk Upacara HUT Brimob ke 49 di Benteng Huraba dan sebagai Inspektur Upacara adalah Bapak KAPOLDA SUMUT BRIGJEND RUSMANHADI.

n. PENUGASAN KELUAR NEGERI DAN OPS PENGUNGSI VIETNAM

Tahun 1995 LETKOL POL Drs, BAMBANG SUEDI di tugaskan ke Luar Negeri Bosnia sebagai Polisi Perdamaian , selama 1 Tahun untuk Sementara Jabatan Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut, di pegang oleh Wadansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut MAYOR POL. JODI HERIADI sebagai pelaksana harian Dansat. Pada Tahun 1996 satu Kompi Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut dibawah Pimpinan KAPTEN POL SATYA PANJAITAN melaksanakan Tugas Ops Kemanusian 96 Pemulangan Pengungsi Vietnam dari Pulau Galang Propinsi Riau.

o. OPS KAMTIBMAS PAM PEMILU DI TIMOR - TIMUR

Tahun 1997 satu Kompi Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut dibawah pimpinan LETTU POL. TOPAN melaksanakan tugas Kamtibmas Pengamanan Pemilu di Timor-Timur dan di tempatkan di Kab. BAUCAU dalam penugasan ini Kompi yang di tugaskan banyak jatuh Korban pada saat bertugas, yang pertama pada saat pergeseran Pasukan dari BACAU ke Kec. LAGA disanggong di Perjalanan sehingga 1 orang Anggota Tewas. Dan yang kedua pada saat Pergeseran Pasukan dari QELIQEI – LABA, Truck yang di tumpangi oleh Pasukan di sanggong di tengah jalan, dalam Penyangongan ini jatuh korban Tewas sebanyak 5 orang, setelah tugas PAM- Pemilu di BACAU kompi Penugasan ini di geser ke Kab. VIQUEQUE dan tak lama kemudian di geser ke DILLI

p. VALIDASI KORPS BRIMOB POLRI

1) Tahun 1996 berdasarkan Surat Perintah Kapolri No.Pol.: Sprin / XI / 1996 tanggal 17 September 1996 tentang pelaksanaan Validasi Brimob dimana yang tadinya Brimob masuk dalam jajaran Direktorat Samapta sekarang keluar dari Jajaran Samapta dan berdiri sendiri dengan sebutan KORPS BRIMOB POLRI yang tadinya Pangkat Brimob Pusat berpangkat KOLONEL menjadi BRIGJEN dan seterusnya berpangkat MAYOR JENDERAL ditingkat MARKAS BESAR dibentuk satuan Operasional RESIMEN PELOPOR dan Satuan GEGANA dan Logo Brimob Segi tiga Teratai di ganti dengan Logo Segi lima bergambar BURUNG ELANG, sedangkan Logo TERATAI menjadi tanda Induk Kesatuan MARKAS BESAR KORPS BRIMOB POLRI dan sebutan Komandan Brimob diganti dengan Komandan Korps Brimob Polri yang di singkat DAN KOR BRIMOB

2) Tahun 1997 berdasarkan Skep Kapolri No.Pol.: Skep / II / XII / 1997 tanggal 24 Desember 1997 tentang pengesahan Satuan Brimob Daerah sebagai Satuan Pelaksana dan Pembantu pimpinan pada tingkat Kewilayahan yang berkedudukan di bawah Kapolda dan dalam bidang pembinaan Tehnis di bawah Dankor Brimob Polri dibawah Satuan Pelaksana di bentuk Kesatuan tingkat Kompi dan Batalyon pada Sat Brimob Daerah dengan Dislokasi sesuai dengan kebutuhan Sat Brimob Polda Sumut.

MASA REFORMASI 1998 - 2006

a. VALIDASI SAT BRIMOB DIT SAMAPTA

POLDA SUMUT

Tahun 1998 berdasarkan Surat Perintah Kapolda Sumut No.Pol.: Sprin / 206 / IX / 1998 tanggal 23 Nopember tentang pelaksanaan Validasi Sat Brimob Dit Samapta Polda sumut menjadi Sat Brimob Daerah Sumatera Utara, dengan demikian Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut keluar dari jajaran Dit Samapta menjadi Satuan Brimob Daerah Sumatera Utara dan berdiri sendiri langsung di bawah Kapolda Sumut dan sebutan Dansat Brimob Dit Samapta Polda Sumut di ganti menjadi Dansat Brimob Daerah Sumatera Utara dengan Job kepangkatan Kolonel

b. PEMBANGUNAN SAT BRIMOB DAERAH SUMATERA UTARA

Dibawah Kepemimpinan Dansat Brimobda Sumut LETKOL POL BAMBANG SUEDI mulai merencanakan dan merumuskan piranti lunak serta pelaksanan penataan Sarana dan Prasarana guna meningkatkan Pendaya gunaan Sat Brimobda Sumut dan Pembangunan Markas Batalyon di Binjai dan Markas Batalyion di Tebing Tinggi, sebagai Satuan Pelaksana di bentuk 3 Batalyon kerangka dengan kedudukan di :

a. Batalyon – A berkedudukan di Binjai dengan kekuatan 6 Kompi :

1) Kompi Markas berkedudukan di Binjai

2) Kompi 1 berkedudukan di Medan

3) Kompi 2 berkedudukan di T.Morawa

4) Kompi 3 berkedudukan di Binjai

5) Kompi 4 Berkedudukan di Binjai

6) Kompi Bantuan berkedudukan di Binjai

b Batalyon – B berkedudukan di T.Tinggi dengan kekuatan 6 Kompi :

1) Kompi Markas berkedudukan di T.Tinggi

2) Kompi 1 berkedudukan di T.Tinggi

3) Kompi 2 berkedudukan di P.Siantar

4) Kompi 3 berkedudukan di T. Balai

5) Kompi 4 Berkedudukan di T. Tinggi

6) Kompi Bantuan berkedudukan T.Tinggi

c. Batalyon – C berkedudukan di P.Sidempuan dengan kekuatan 2 Kompi untuk sementara kedudukan Batalyon – C dan Kompi-kompi masih berkedudukan di Medan.

Dengan adanya pengembangan ini Alat-alat utama mulai bertambah dari mulai Persenjataan dan Amunisi, Peralatan PHH, Rantis dan Water Canon sudah dimiliki oleh Sat Brimobda Sumut.


c. PENGGANTIAN NAMA DHUAJA DAN TUNGGUL – TUNGGUL BATALYON

Dhuaja Sat Brimob Dit Samapta Polda Sumut diganti menjadi Dhuaja Sat Brimobda Sumut “SATYA BAPRA KOSALA” bergambar Benteng dan Gunung, sedangkan Tungul-Tunggul Bataliyon di adakan dengan nama :

a) Tunggul Batalyon A : SATYA DHARMA SAKTI

b) Tunggul Batalyon B : PATUAN NAGARI ANGGI

c) Tunggul Batalyon C : WIYASA BAPRA NIRBAYA